Kronikdaily.com (Jakarta) — Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang mengkaji wacana pengurangan jumlah lembar dalam 1 lot saham. Saat ini, 1 lot saham terdiri dari 100 lembar. Namun ke depan, jumlah itu bisa berubah menjadi lebih kecil, hingga 1 lembar per lot.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyatakan kajian itu bertujuan mempermudah akses masyarakat terhadap pasar modal. Langkah itu juga bisa meningkatkan likuiditas saham.
Mengapa BEI Ingin Kurangi Jumlah Lembar per Lot?
Menurut Jeffrey, semakin kecil jumlah lembar per lot, semakin mudah bagi investor ritel untuk masuk pasar. Terutama mereka yang memiliki modal terbatas. “Kami ingin membuka akses investasi seluas mungkin tanpa batasan nominal yang besar,” ujar Jeffrey.
BEI juga meninjau penerapan ukuran lot di bursa luar negeri seperti Jepang, Hong Kong, dan AS. Beberapa bursa itu memberlakukan ukuran lot di bawah 100 lembar, bahkan hanya 1 lembar.
Apakah Perubahan itu Akan Segera Diberlakukan?
Meski kajian terus berjalan, BEI belum akan menerapkan perubahan itu dalam waktu dekat. Fokus utama saat ini adalah penyelesaian sistem perdagangan terbaru yang akan mendukung efisiensi transaksi.
“Perubahan lot saham tidak bisa tergesa-gesa. Kami pastikan sistem dan pasar siap dulu,” ujarnya.
Bagaimana Sejarah Perubahan Lot Saham di Indonesia?
Berikut catatan penting soal evolusi lot saham di BEI:
1995–2013: 1 Lot = 500 Lembar
Saat BEI mulai menggunakan sistem perdagangan elektronik JATS, 1 lot setara dengan 500 lembar saham. Satuan itu berlaku hampir dua dekade.
6 Januari 2014–Sekarang: 1 Lot = 100 Lembar
Untuk mendorong partisipasi investor ritel, BEI menurunkan ukuran lot menjadi 100 lembar. Fraksi harga juga ikut disederhanakan saat itu.
2018–2025: Tahap Kajian
BEI mengkaji kemungkinan pengurangan satuan lot menjadi 50, 20, atau 1 lembar per lot. Namun, belum ada keputusan resmi hingga pertengahan 2025.
Jika BEI benar-benar mengubah 1 lot saham menjadi 1 lembar, maka investor ritel bisa lebih mudah mulai berinvestasi. Meski belum diterapkan, wacana itu menjadi sinyal pasar modal Indonesia ingin lebih inklusif dan kompetitif secara global. Perubahan itu bisa menjadi game changer di tengah minat masyarakat terhadap saham yang terus tumbuh.