Kronikdaily.com (Jakarta) — Situasi ekonomi Indonesia terus memburuk pada Mei 2025. Survei Konsumen Bank Indonesia mencatat turunnya kepercayaan publik terhadap ekonomi. Untuk pertama kalinya sejak April 2022, indeks ketersediaan kerja jatuh ke zona pesimistis. Nilainya turun ke 95,7 dari bulan sebelumnya.
Semua kelompok masyarakat kehilangan optimisme soal lapangan kerja. Daya beli juga ikut merosot ke titik terendah sejak 2022. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun 4,2 poin ke angka 117,5. itu level terendah sejak September 2022.
Penurunan terjadi akibat merosotnya indeks kondisi ekonomi saat ini yang hanya mencapai 106. Angka itu juga jadi rekor terendah sejak April 2022. Kondisi tersebut akibat berkurangnya penghasilan, sempitnya lapangan kerja, dan gelombang PHK yang makin luas.
BACA JUGA: Pendapatan Tergerus dan Cicilan Naik Konsumen Indonesia Kian Terjepit
Indeks Penghasilan, Kerja, dan Konsumsi Menurun Serentak
Indeks penghasilan saat ini juga turun tajam ke 118,1. Sementara indeks pembelian barang tahan lama jatuh ke 104,1. Artinya, masyarakat cenderung menghindari belanja barang non-makanan. Situasi itu mencerminkan penurunan daya beli secara menyeluruh.
Sementara, Indeks Ekspektasi Konsumen turun ke 129, terendah sejak Oktober 2022. Indeks ekspektasi penghasilan juga jatuh ke 135,4. Satu-satunya indeks yang sedikit membaik hanya indeks ekspektasi lapangan kerja, naik tipis ke 123,8. Untuk itu, secara keseluruhan ekspektasi masyarakat terhadap perbaikan ekonomi enam bulan ke depan makin mengecil.
Konsumen Mulai Mengencangkan Ikat Pinggang
Pada Mei 2025, proporsi pendapatan untuk konsumsi turun ke 74,3%. Nilai itu level terendah sejak awal tahun. Sebaliknya, proporsi cicilan pinjaman meningkat ke 10,8%. Konsumen harus menyisihkan lebih banyak uang untuk membayar utang. Sementara itu, tabungan konsumen naik sedikit ke 14,9% dan menjadi sinyal kehati-hatian, bukan tanda ekonomi membaik.
Kelas Menengah Tertekan, Kekuatan Konsumsi Melemah
Konsumen kelas menengah dan atas mencatat penurunan indeks terbesar. Kelompok itu mencakup masyarakat yang berpengeluaran Rp4,1 juta hingga di atas Rp5 juta per bulan. Penurunan terdalam terjadi pada indeks kondisi ekonomi saat ini. Konsumen Rp4,1 juta–Rp5 juta turun 12,3 poin ke 105,3. Kelas atas juga mencatat penurunan indeks penghasilan saat ini hingga 11,3 poin.
Indeks Kerja Kelas Menengah Terjun Bebas
Indeks ketersediaan kerja pada kelompok pengeluaran Rp5 juta ke atas merosot 11,9 poin. Nilainya kini hanya 92,4, level terendah sejak Maret 2022. Artinya, kelompok itu makin sulit mendapatkan pekerjaan baru, meski punya kapasitas pendidikan dan pengalaman lebih tinggi.
Pembelian Barang Tahan Lama Turun Tajam
Indeks durable goods semua kelas, kecuali kelas bawah, turun tajam. Penurunan tertinggi mencapai 9,8 poin. Konsumen kelas Rp2,1 juta hingga Rp3 juta jatuh ke zona pesimistis, dengan indeks hanya 96,5. Hal itu menjadi pertanda masyarakat menunda belanja besar karena kondisi finansial yang tak pasti.
Proporsi Konsumsi Turun, Rasio Utang Naik
Kelas menengah dengan pengeluaran Rp3,1 juta–Rp4 juta per bulan mencatat kenaikan cicilan tertinggi. Rasio utang kelompok itu naik ke 12,3%, angka tertinggi sejak Januari. Sementara porsi untuk konsumsi menurun. Hal itu memperlihatkan tekanan ekonomi makin terasa di kelompok pendorong utama konsumsi nasional.
Paket Insentif Pemerintah Dinilai Kurang Efektif
Pemerintah merilis paket stimulus senilai Rp24,4 triliun. Termasuk di dalamnya subsidi upah dan bantuan sosial. Namun, langkah itu belum cukup menggairahkan konsumsi. Apalagi insentif listrik justru dibatalkan.
Kelas Menengah Butuh Perlindungan Khusus
Fakhrul Fulvian, ekonom Trimegah Sekuritas, menegaskan pentingnya dukungan untuk kelas menengah. Ia menyarankan subsidi listrik atau insentif langsung ke kelompok itu untuk mendongkrak belanja rumah tangga. “Kalau ingin pemulihan menyeluruh, fokus kebijakan harus diarahkan ke kelas menengah,” tegasnya.











