Kronikdaily.com (Jakarta) — Pemerintah Indonesia resmi mengakhiri kontrak kerja sama dengan LG Energy Solution (LGES) dalam proyek baterai kendaraan listrik (EV). Keputusan itu bukan karena LG mundur, melainkan karena pemerintah menghentikan kontrak akibat wanprestasi dalam implementasi kesepakatan.
LG Tak Penuhi Komitmen MoU
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan kontrak dengan LG berakhir karena perusahaan tersebut tak menjalankan isi memorandum of understanding (MoU). Dari total komitmen investasi LG senilai USD 9,8 miliar, baru terealisasi sekitar USD 1,2 miliar.
“Kontraknya kami terminasi karena dari komitmen investasi belum terlaksana sesuai perjanjian awal,” ujar Bahlil di Jakarta.
BACA JUGA: Trump Luncurkan Ancaman Baru: Tarif Tinggi untuk Uni Eropa dan iPhone
Proyek HLI Tetap Berjalan, Huayou Gantikan LG
Investasi awal LG tersebut masuk melalui proyek Omega, yang pengelolaannya bersama Hyundai dalam entitas HLI Green Power. Proyek itu mulai berproduksi.
Namun, karena LG tidak melanjutkan sisa proyek, maka pemerintah menunjuk Huayou sebagai pengganti. “Pada Januari saya keluarkan surat terminasi dan memutuskan agar Huayou yang menggantikan,” kata dia.
LG Realisasikan Hanya 1 dari 4 Proyek
Menteri Investasi Rosan Roeslani membenarkan LG hanya merealisasikan proyek keempat senilai USD 1,1 miliar. Proyek EV itu mencakup rantai pasok dari tambang, pabrik nikel matte, prekursor, katoda, hingga daur ulang baterai. “Proyek tetap berjalan, hanya mitranya yang ganti,” kata Rosan.
Huayou Jalankan Proyek Bersama Antam dan IBC
Rosan menyampaikan Huayou, yang aktif di sektor hilirisasi nikel Indonesia, tertarik melanjutkan megaproyek itu. Surat resmi terminasi LG langsung Menteri ESDM tandatangani pada 31 Januari 2025 setelah negosiasi selama lima tahun.
Proyek senilai USD 9,8 miliar itu tetap berlanjut bersama PT Antam dan Indonesia Battery Corporation (IBC), tanpa perubahan nilai investasi. “Huayou punya teknologi dan pengalaman, jadi hanya menggantikan posisi LG,” tambahnya.











