Jakarta (Kronikdaily.com) – Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik, menjadikannya wilayah yang rawan gempa dan tsunami karena adanya potensi ancaman Megathrust. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus mengingatkan masyarakat tentang potensi ancaman Megathrust yang bisa mengguncang Indonesia.
Di pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia, Indonesia memiliki 13 segmen Megathrust yang dapat memicu gempa besar dan tsunami.
Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, mengungkapkan salah satu segmen Megathrust yang paling rawan adalah yang terletak di pantai selatan Jawa hingga Selat Sunda.
BACA JUGA: Hasil Penelitian Erupsi dan Tsunami Gunung Anak Krakatau 2018, Ungkap Fakta Baru Mengejutkan
Jika segmen itu ‘pecah’, gempa dengan kekuatan M 8,7 bisa terjadi, sehingga memicu tsunami setinggi 20 meter. Goncangan besar dari gempa itu akan mendorong kolom air laut, menciptakan gelombang besar yang menyebar ke segala arah.
Tsunami dari gempa itu bisa sampai ke Jakarta dengan tinggi antara 1 hingga 1,8 meter dalam waktu sekitar 2,5 jam setelah gempa. Pesisir utara Jakarta menjadi yang pertama terdampak dengan gelombang tinggi hingga 1,8 meter. Wilayah lainnya, seperti Lampung yang menghadap langsung ke Selat Sunda, akan terdampak lebih cepat.
Berdasarkan hasil simulasi BRIN bersama berbagai institusi, tinggi gelombang tsunami juga berbeda-beda di tiap wilayah. Di pesisir selatan Jawa, tsunami dapat mencapai ketinggian hingga 20 meter. Sementara di Selat Sunda bisa mencapai 3-15 meter. Di pesisir utara Jakarta, ketinggian tsunami diperkirakan mencapai 1,8 meter.
Segmen Megathrust yang ada di selatan Jawa dan Selat Sunda menyimpan energi besar yang terus terakumulasi. Jika energi itu lepas sekaligus, gempa dahsyat dan tsunami besar akan terjadi dengan dampak luas di berbagai wilayah pesisir.
Waspada dan Mitigasi
Nuraini menekankan pentingnya mitigasi, terutama retrofitting atau penguatan struktur bangunan, untuk mengurangi risiko kerusakan. Jakarta, dengan padatnya populasi dan rentannya struktur bangunan, perlu melakukan persiapan. Hal itu untuk mengatasi goncangan besar yang dapat merusak infrastruktur dan menyebabkan korban jiwa.
BRIN juga mengingatkan masyarakat untuk terus waspada terhadap ancaman Megathrust. Dampak dari gempa besar itu tidak hanya meliputi kerusakan fisik, tetapi juga kerugian sosial dan ekonomi yang bisa berlangsung lama.







